Pecah
karena Pilihan
Pada dasarnya SH memang hanya satu. Tapi, dalam kondisi kekinian, ada empat SH yang eksis, yaitu SH Panti, SH Terate, SH Organisasi, dan SH Tunas Muda. SH Panti, Terate, dan Tunas Muda terpusat di Madiun, sementara SH Organisasi lahir dan besar di Semarang, Jawa Tengah. Mereka pecah karena pilihan sikap masing-masing. Dan hanya SH Panti yang mengaku masih menjalankan pakem ajaran asli Ki Ngabehi Surodiwiryo.
Pada dasarnya SH memang hanya satu. Tapi, dalam kondisi kekinian, ada empat SH yang eksis, yaitu SH Panti, SH Terate, SH Organisasi, dan SH Tunas Muda. SH Panti, Terate, dan Tunas Muda terpusat di Madiun, sementara SH Organisasi lahir dan besar di Semarang, Jawa Tengah. Mereka pecah karena pilihan sikap masing-masing. Dan hanya SH Panti yang mengaku masih menjalankan pakem ajaran asli Ki Ngabehi Surodiwiryo.
Menurut catatan sejarah Setia
Hati, SH Terate didirikan oleh Hardjo Oetomo di Desa Pilangbango, Kecamatan
Kartoharjo, Kota Madiun pada tahun 1922. Sampai sekarang, pusat kegiatan SH
Terate ada di Jl Merak, Kelurahan Nambangan Kidul, Kecamatan Taman, Kota
Madiun.
Lalu, pada tahun 1932, Munandar
Hadiwijoto memilih mendeklarasikan SH Organisasi di Semarang. Selang tiga
dikade setelah SH Organisasi lahir, tepatnya tahun 1966, R Djimat Soewarno juga
memisahkan diri dari SH Panti, untuk kemudian mendirikan SH Tunas Muda Winongo
yang berpusat di Jl Doho, Kelurahan Winongo, Kecamatan Manguharjo, Kota Madiun.
“Yang asli berdiri dari tahun
1903 sampai sekarang adalah SH Panti,” kata Koes Soebakir. Tentang latar
belakang kenapa ada perpecahan, kata Koes, ”Itu pilihan kepentingan
masing-masing pendiri yang tak ada hubungannya dengan SH Panti.”
SH Terate, Organisasi, dan Tunas Muda memisahkan diri dari SH Panti. Tak ada hubungan organisasi atau keilmuan, kendati pada dasarnya berasal dari fondasi yang sama. “Secara prinsip hubungan kami dengan semua SH baik-baik saja,” Koes memastikan.(tofikpram)
Tujuh
Pengesuh atau Pengecer Setia Hati
Ki Ngabehi Surodiwiryo
(1903-1944)
Koesnandar (1944-1947/Bupati
Madin kala itu)
Kolonel Singgih Gubernur Akademi
Militer Nasional Magelang (1947-1957)
Hadi Subroto (1957-1977)
Karyadi (1957-1977)
Soemakto (1978-1998)
koes Soebakir (1998-Sekarang)
Labels:
Budaya dan Wisata
Thanks for reading Pecahnya Setia Hati Eyang Suro. Please share...!
0 Comment for "Pecahnya Setia Hati Eyang Suro"